Blogger Tricks

Selasa, 18 Maret 2014

Pidato "Persaingan Global"


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bapak Teguh Basuki yang saya hormati, serta teman-teman ku yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga kita dapat berkumpul dengan keadaan sehat wal ‘afiat.
Pada kesempatan ini, perkenakanlah saya akan menyampaikan sebuah pidato yang bertema “Meningkatkan Persaingan Global Bagi Remaja”.
Hadirin yang berbahagia, topik kita kali ini terkait dengan istilah GLOBALISASI. Apa itu Globalisasi? Globalisasi adalah suatu masa di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat, sehingga mempermudah interaksi seluruh bangsa di dunia ini, serta menjadikan batas suatu negara semakin tidak jelas.
Kemudahan interaksi antarbangsa inilah menyebabkan derasnya arus informasi yang membanjiri media massa maupun media elektronik. Disadari atau tidak, budaya masing-masing bangsa ikut tersebar baik dari logat masing-masing bangsa dalam berbicara, cara berpakaian, cara bersenang-senang, dan lain sebagainya. Hal inilah yang menuntut masing-masing bangsa untuk berlomba-lomba menciptakan atau memperkenalkan budaya-budaya asli mereka hingga ke tingkat internasional. Tujuannya, agar budaya-budaya asli mereka dikenal, dibanggakan, juga dilindungi oleh seluruh bangsa di dunia.
Hadirin yang berbahagia, sudah jelaslah bahwa globalisasi menuntut seluruh bangsa untuk bersaing di tingkat internasional.
Sekarang, marilah kita amati remaja-remaja bangsa ini. Tidak sedikit dari mereka yang meniru budaya-budaya asing. Beramai-ramai mereka mengenakan pakaian mini, berpesta dengan minuman keras, serta meningkatnya kasus hubungan bebas laki-laki dan perempuan, adalah contoh dari mereka yang tak pandai menyaring budaya-budaya asing yang masuk ke tanah air. Lebih ironis lagi, seperti “Jalan dialih, orang menggalas”, para remaja ini bahkan menomorduakan budaya asli mereka, dengan mengagung-agungkan  budaya asing yang tak relevan dengan nilai-nilai Pancasila.
Dengan begitu, semakin lama karakter generasi muda akan tergerus. Mereka akan menjadi generasi muda yang pandai saja, tapi tidak berkarakter.
Bahkan Prof. Winarto Surakhmat, memperkirakan remaja bangsa akan kehilangan karakter asli mereka, yakni “penurut serta ramah tamah”, kelak. Bayangkan jika para remaja berwatak pembantah. Orang tua tidak dihormati lagi, Perintah Tuhan tak lagi dipedulikan. “Seperti tikus jatuh ke beras”, mereka hanya menginginkan kesenangan dunia. Mereka tidak lagi berpikir dan membuat, mereka hanya menerima. Pertanyaannya : Bisakah bangsa seperti ini akan maju? Bagaimana pembangunan bangsa ini bisa terus berlanjut? Mampukah generasi penerus bangsa mempimpin bangsanya sendiri kelak?
Hadirin yang berbahagia, permasalahan yang kita hadapi ini bukan masalah sepele. Nasib bangsa kita ke depan, ada di tangan para generasi muda bangsa. Oleh karena itu, agar remaja-remaja bangsa mempertahankan budaya asli mereka, perlu adanya Pendidikan Karakter. Dengan adanya Pendidikan Karakter, kita akan mampu menciptakan generasi penerus bangsa yang berbakti, berbudi luhur, taat beragama, serta saling menghormati.
Pendidikan Karakter hendaklah ditanamkan sejak anak pra-sekolah sampai dengan remaja. Sebab, Pendidikan Karakter nantinya akan membantu pematangan emosional pada usia remaja. Sehingga, kita akan semakin mudah menghadapi arus globalisasi, baik dalam menerima, menggunakan, maupun menyeleksi nya. Maka dari itu, peran keluarga dan sekolah memang sangatlah penting dalam pembentukan karakter anak hingga remaja.
Kesimpulannya, arus globalisasi memang tidak bisa dicegah. Dibantu dengan Pendidikan Karakter, bangsa ini akan mampu melahirkan generasi muda yang berkualitas tinggi. Sehingga mereka dapat berpikir kritis, memiliki kreatifitas dan imajinasi yang tak terbatas, inovatif, mandiri, serta mental yang tahan banting. Dengan modal karakter yang berkualitas, generasi muda pasti mampu bersaing di tingkat global!
Cukup sekian yang dapat saya sampaikan. Jika ada kata-kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf.
Wabillahi taufik wal hidayah,


Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar