LAPORAN KEGIATAN HOMESTAY
SISWA RSBI SMP NEGERI 1 PURBALINGGA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Ditulis oleh :
Nama :
Dzakiyyah Salma Damayanti
NIS :
1011111359
Kelas : VII
H
SMP NEGERI 1 PURBALINGGA
Jl. Kapten Pierre Tendean nomor 8 Kotak Pos 194
Purbalingga 53313
Telepon (0281) 891089, 7606469, Faksimili (0281) 89298
KATA
PENGANTAR
Mari
kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penyusunan Laporan Kegiatan Home Stay dapat saya
selesaikan dengan baik. Penyususunan Laporan Kegiatan Home Stay dilaksanakan
dalam rangka memenuhi tugas setelah melaksanakan kegiatan Home Stay, pada tanggal
28 April-30 April 2011 lalu. Disamping itu, dengan adanya, kegiatan Home Stay
dapat menambah wawasan saya dalam hidup bermasyarakat diluar lingkungan
keluarga saya. Pada kesempatan ini, tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
Kakak Pembina kelompok saya, Kak Rohim, yang telah membimbing saya beserta
teman sekelompok saya selama kegiatan Home Stay. Juga ibu bapak saya yang penuh
perhatian mendukung dan mendoakan saya, sehingga saya dapat pulang dengan sehat
den selamat.
Semoga
penyusunan laporan ini akan memberi manfaat bagi para pembaca. Akhirnya, tiada
gading yang tak retak. Laporan ini juga tidak luput dari kesalahan. Untuk itu
saya memohon maaf atas khilaf kata dan pemahamannya.
Purbalingga,
Mei 2011
Penyusun
PENDAHULUAN
Sebelum
saya bercerita tentang pengalaman saya mengikuti kegiatan Home Stay, ada
beberapa pertanyaan yang harus kalian ketahui jawabannya.
1. Tanya : Apakah kegiatan Home Stay itu?
Jawab :
Kegiatan Home
Stay adalah kegiatan menginap di
rumah masyarakat biasa di sebuah desa terpencil, secara berkelompok, selama
beberapa hari, dan bertujuan untuk melatih kemandirian siswa. Siswa juga harus
menyesuaikan diri di lingkungannya. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan
dari SMP Negeri 1 Purbalingga, yang dimulai sejak tahun 2010 lalu.
2.
Tanya : Apakah tujuan dari kegiatan homestay?
Jawab :
Tujuan dari kegiatan Home Stay adalah untuk melatih kemandirian siswa. Siswa dilatih
untuk hidup tidak terlalu bergantung pada orangtua (dapat dikatakan manja),
juga pada alat komunikasi berupa telepon seluler. Diharapkan nantinya ada
perubahan sikap dari setiap siswa, setelah melakukan kegiatan ini.
3.
Tanya : Mengapa kegiatan Home Stay harus dilaksanakan di Desa Serang?
Jawab : Karena
Desa Serang merupakan desa yang masih terpencil. Jarak nya yang
sangat jauh dari kota, membuat sinyal
dari beberapa operator masih sangat lemah. Sehingga, tidak lah mudah untuk
berkomunikasi. Fasilitas di desa yang belum mencukupi membuat kita prihatin,
dan dapat menyentuh hati kita untuk tidak mudah mengeluh, karena masih ada
manusia yang ada di bawah kita. Keadaan ekonomi nya yang sebenarnya belum
mencukupi dapat melatih kita untuk hidup hemat dan sederhana. Pekerjaan
rata-rata masyarakat disana adalah sebagai petani biasa. Pekerjaan petani
sesungguhnya sangat berat. Sehingga, kita dapat mengerti bahwa kerja keras
orang tua kita harus dihargai oleh anaknya. Kalau kita tidak menghargainya,
bias terjadi usaha keras kita di masa depan tidak dihargai oleh anak dan cucu
kita.
Kegiatan Home
Stay rupanya mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan siswa. Baik untuk
kehidupan sekarang, maupun di masa depan. Untuk itu, janganlah bersalah paham,
bahwa kegiatan Home Stay hanya sekedar kegiatan berwisata ria.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kamis, 28 April 2011
Hari
itu sekolah kami mengadakan
kegiatan Home Stay di Desa Serang. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan selama 3
hari 2 malam. Waktu itu, saya sangat penasaran akan kegiatan tersebut. Sepertinya,
akan berlangsung sangat menyenangkan.
Siswa-siswi kelas 7 diperintahkan untuk berkumpul di tempat
parkir Gedung Olahraga Goentor Darjono, sebelum pukul 8 pagi. Karena, pada
pukul 8 pagi sudah direncanakan semua siswa dan guru sudah berangkat ke Desa
Serang. Sesampai di tempat parkir GOR Goentoer Darjono, saya bergabung dengan
teman-teman yang sudah datang. Saya tidak dapat berlari, karena
saya membawa dua tas besar. Rupanya teman-teman saya banyak yang membawa tas-tas besar, terutama siswa
perempuan. Bahkan, ada siswa yang membawa koper besar!
Sekitar
pukul 8 kurang beberapa menit, kami diabsen terlebih dahulu. Supaya siswa yang
tidak ikut kegiatan ini dapat dicatat, dan tidak ada siswa yang tertinggal.
Selesai absen, kami diperbolehkan untuk memasuki armada masing-masing. Saya
mendapat jatah armada nomor 21. Setelah semua armada lengkap akan siswa-siswa,
lekaslah kami berangkat menuju Desa Serang, secara bergiliran.
Dalam
perjalanan, saya merasa sangat bosan, karena tidak ada telepon seluler yang
mendampingi. Biasanya, saya mendengarkan musik, berfoto ria, atau saling
mengirim sms kepada teman yang berada di armada lain. Apalagi saya tidak
membawa kamera juga handycam. Duduk santai pun, tidak terasa nyaman, karena
terhalang oleh tas-tas kami yang banyak dan besar. Untung saja kami membawa
beberapa cemilan. kami saling berbagi cemilan sambil mengobrol dan bercanda
selama perjalanan.
Sesampai
di Desa Serang, kami berkumpul di hutan pinus. Kira-kira pada saat itu sudah
jam 9 pagi. Brrr, udara disana dingin sekali! Saya segera mengenakan jaket,
walaupun sudah memakai rompi. Kami dihibur oleh warga setempat dengan Tarian
Kuda Lumping. Seperti biasa, tarian itu menyebabkan sebagian penari kesurupan.
Saya ketakutan sewaktu menyaksikan hal tersebut. Apalagi penari tersebut
beberapa kali terjatuh di tempat rombongan kami. Kami jadi harus
menghindarinya. Tidak lama, penari itu sudah disembuhkan oleh seseorang yang
kelihatannya piawai menari. Kami sudah tidak ketakutan lagi.
Setelah
Tarian Kuda Lumping selesai, kami diperintahkan untuk berbaris sesuai kelompok
Home Stay yang sudah diumumkan jauh hari lalu. Dalam satu kelompok, hanya
terdapat 3 teman sekelas. Tapi, dalam satu rumah terdapat 4 siswa. Saya
se-rumah dengan Hilda, Ceria, dan Annisa. Saya menyimak pak guru juga Kepala
Desa Serang saat memberikan penjelasan tentang kegiatan Home Stay. Kemudian,
kami diperkenalkan oleh beberapa kakak pemandu, yang akan memandu kami selama
kegiatan Home Stay berlangsung. Ternyata, kakak pemandu kelompok kami bernama
Mas Rohim. Pada penjelasan terakhir, kami diperintahkan untuk mencari sendiri
rumah yang akan kami inap. Spontan saja kami menggelengkan kepala.
Selesai
penjelasan, kami diperbolehkan untuk mencari rumah yang akan kami inap, secara
berkelompok, dan ditemani kakak pemandu. Tak ku sangka, perjalanan ini sungguh
melelahkan! Bagaimana tidak? Kami harus berjalan menyusuri jalan desa yang
berliku dan menanjak, padahal tas kami besar dan banyak, apalagi pada saat itu panas matahari sangat
menyengat. Karena tidak tahan, saya beristirahat sebentar bersama teman sekelompok
saya. Saya banyak minum minuman yang dibawa dari rumah, supaya tidak haus.
Kemudian, kami melanjutkan perjalanan. Saya harus mencari rumah yang
bertuliskan KELOMPOK 10, dan nama saya harus tertera di sekitar tulisan itu. Untung
saja, pemandangan di sekitar masih sangat asri, sehingga saya masih bisa
terhibur dengan itu.
Ini dia kelompok 10! Cewe, kika : Salma (aku), Anis (pake jilbab), Tika (lengen putih), Hilda, Ceria, Azka, Dewi, Gita.Cowo, kika : Lutfan, Lutfi, Refra, Mas Rohim (pembina-nya), Reza, Nurul, Lutfan (juga), Wisnu (jaket hitam), Paksi (jaket biru)
Beberapa
menit kemudian, saya dan teman se-rumah sudah menemukan rumah yang akan kami
inap. Nama kami juga sudah tertera di kertas yang ditempelkan di jendela rumah.
Saya melihat nama tuan rumah di kertas
itu. Namanya adalah Bapak Mad Seno. Kemudian, muncul seorang ibu dari dalam
rumah itu, dan menyambut kedatangan kami. Saya menduga, dia adalah istri dari
Bapak Seno. Ibu itu mempersilakan kami masuk ke rumahnya. Beliau memberitahu
letak kamar yang akan kami pakai. Kami lekas menata tas-tas kami di kamar. Juga
kami sempatkan melihat jam dinding di ruang tamu. Sudah jam 10 rupanya! Tidak
lama, ibu tadi datang ke kamar kami, dan mempersilakan kami untuk meminum teh
hangat yang harus kami seduh sendiri. Benar dugaan ku, ibu itu adalah istri
dari Bapak Seno. Kami memanggilnya “Bu Seno”.
Sekitar
pukul 10.30 siang, saya dan teman-teman se-rumah saya membantu Bu Seno memasak.
Selesai memasak, kami ber-jalan-jalan untuk menghilangkan kejenuhan. Kami mampir
sebentar ke rumah teman kami yang lain, juga menuju kolam yang sedang dibangun.
Jalan menuju kolam tersebut lumayan terjal dan licin. Jadi, saya harus
berhati-hati. Rupanya, banyak teman yang ada disana. Kebanyakan memang anak
laki-laki. Sebagian dari mereka ada yang turun ke kolam, ada yang hanya
memasukkan kaki, juga ada yang sekedar melihat indahnya alam di sekitar kolam. Bahkan
para direktorat dari Jakarta sempat mengambil gambar kolam tersebut! Hmm,
suasana kolam ini menjadi cukup ramai.
Tidak terasa, sekarang sudah pukul 11.30. Teringat waktu dhuhur, saya
mengajak teman se-rumah saya untuk pulang dan Solat Dhuhur.
Kami
sampai rumah pukul 12 siang. Pak Seno sudah pulang dari kebun, dan Indra, anak
Pak Seno juga sudah pulang dari sekolah. Kami berkenalan dengan mereka.
Kemudian, kami bersiap-siap untuk wudhu. Tapi, Bu Seno sudah menyediakan makan
siang untuk kami di meja makan. Akhirnya, kami makan siang dulu sebelum solat. Karena
hawa disini dingin, makan apa saja jadi terasa enak! Selesai makan, kami
menyeduh teh sendiri. Kemudian, kami mencucui piring dan gelas sendiri.
Tiba-tiba,
Bu Seno memanggil kami. Kata beliau, ada seorang kakak pembina yang ingin
bertemu kami. Kami lekas menemui kakak pembina tersebut di ruang tamu. Benar
kata Bu Seno, Mas Rohim sedang duduk di ruang tamu itu menanti kami. Kami
diberi 3 lembar kertas yang harus kami
isi. Lembar pertama adalah tentang identitas siswa, lembar kedua tentang kegiatan
selama Home Stay, dan lembar ketiga adalah kesan dan pesan. Setelah kami
mengisi lembar pertama, kami mengumpulkannya ke Mas Rohim. Mas Rohim
menjelaskan kepada kami, bahwa kegiatan apa saja yang termasuk membantu tuan
rumah, dapat dicatat pada lembar kedua. Lembar ketiga harus diisi tentang kesan
dan pesan kita terhadap keadaan Desa Serang ini. Mulai dari lingkungannya,
sampai penduduknya. Lalu Mas Rohim memberitahu bahwa ia akan ke rumah siswa
kelompok 10 setiap saat untuk mengabsen siswa-siswa. Mas Rohim juga
mengingatkan bahwa seluruh siswa yang muslim harus menghadiri Solat Maghrib
nanti di masjid, karena bapak kepala sekolah akan datang. Kemudian, Mas Rohim
berpamitan untuk kembali ke posko.
Tepat
pukul 1 siang, saya dan teman se-rumah saya berencana untuk Solat Dhuhur di
masjid. Namun, saya ragu untuk solat di masjid. Sepertinya, masjid ini belum
layak pakai karena masih dalam tahap pembangunan. Akhirnya, kami mencari
musholla terdekat. Sesampai di musholla, kami lekas berwudhu, kemudian solat
berjamaah. Wah, air nya dingin sekali! Saya sampai tidak berani berwudhu
lama-lama.
Sepulang
dari masjid, kami beristirahat di kamar. Pada saat itu tepat pukul 01.30 siang.
Saya makan cemilan kacang yang saya bawa dari rumah. Sementara itu, Ceria
membujuk Hilda untuk menyanyi! Dengan semangat, Hilda menyayikan sebuah lagu
kesukaannya. Hmm, suara Hilda memang bagus! Sayangnya, nyanyian Hilda masih
tersendat-sendat karena malu. Kami beristirahat sampai sekitar pukul 3 sore.
Lalu, kami Solat Ashar di rumah.
Kami
mandi sore pada pukul 03.30 siang, dan berniat membantu pekerjaan Bu Seno.
Namun, Bu Seno sepertinya tidak ada di rumah. Kami mencari ke belakang, depan
dan samping rumah. Ternyata beliau kami temukan di kebunnya yang berada di
belakang rumah! Saya lihat, Bu Seno sedang kelelahan menyabuti gulma tanaman
bawang di kebunnya. Karena merasa kasihan, saya mengajak teman saya untuk
membantu beliau. Setelah diperbolehkan membantu, kami menyabuti gulma dengan
senang hati. Awalnya memang begitu, namun, lama-kelamaan saya merasa sangat
lelah. Tapi, saya tak patah semangat! Saya tetap menyabuti gulma bersama
teman-teman wlaupun keringat kami sudah bercucuran. Rupanya pekerjaan petani
begitu berat.
Pukul
5 sore kami membimbing Indra belajar. Indra sekarang masih kelas 8 SD. Menurut
saya, pelajarannya masih sangat mudah. Namun, sudah sekian lama kai membimbing,
Indra tidak paham juga akan pelajaran yang dipelajari. Saya sungguh prihatin,
betapa rendahnya kualitas pendidikan di desa ini. Saya teringat akan kebiasaan
buruk saya di rumah. Apabila saya membimbing adik saya belajar, tapi adik saya
tidak paham juga, saya selalu membentaknya. Saya menjadi merasa sangat
bersalah. Dalam hati saya berjanji tidak akan mengulang kebiasaan buruk itu
lagi. Kami belum menyerah membimbing Indra. Kami harus berhasil membuat Indra
paham akan pelajaran yang dipelajarinya!
Tak
lama kemudian, adzan Maghrib berkumandang. Saya melihat jam dinding, sudah
pukul 6 petang. Kami segera berjalan kaki menuju masjid. Rupanya dugaan sayah
sebelumnya salah! Masjid itu sudah layak dipakai walaupun masih dalam tahap
pembangunan. Sambil menunggu masjid penuh, kami duduk-duduk sebentar. Setelah
Solat Maghrib, Bapak Kepala Desa Serang dan seorang ustadz berceramah di depan.
Kami haruslah mencermati ceramah dari beliau. Dari ceramah tersebut, kami
mengerti, bahwa keadaan ekonomi dan pendidikan di desa ini masih rendah. Bahkan
banyak siswa yang putus sekolah. Sungguh memprihatinkan. Setelah mendengarkan
ceramah, kami meneruskan Solat Isya.
Pukul 07.30 malam kami segera pulang lalu tidur
di rumah. Kami sangat mengantuk, karena terlalu lelah. Tidak sampai 15 menit
berbaring, kami semua sudah tertidur. Padahal, biasanya, saya tidur di rumah
pukul 10 malam.
Jumat, 29 April 2011
Pada
hari itu, kami harus bangun pukul 04.30 pagi, karena pada pukul 05.30 pagi
nanti akan diadakan kegiatan Jalan Sehat. Setelah bangun, kami merapikan tempat
tidur. Kemudian kami Solat Shubuh berjamaah di masjid.
Selesai
Solat Shubuh, kami segera memakai seragam olahraga juga jaket, karena udaranya
yang masih sangat dingin. Tepat pukul 05.30 kami berkumpul bersama kakak-kakak
pembina. Kegiatan Jalan Sehat pun dimulai. Kami berjalan mengelilingi desa.
Kami pulang ke rumah pukul 06.30. hmm, berarti kegiatan Jalan Sehat berlangsung
selama 1 jam.
Setelah
mandi dan sarapan pagi, kami membantu Bu Seno membersihkan rumah, tepat pada
pukul 07.30 pagi. Kami saling berbagi tugas. Saya merapikan kursi dan meja,
Ceria dan Hilda menyapu lantai, sedangkan Annisa mengelap jendela dan lemari
yang kotor. Dengan adanya kerjasama, pekerjaan menjadi cepat selesai.
Kemudian
kami membantu Bu Seno memasak perkedel kentang dan semur ayam, di dapur. Kedengarannya
memang enak. Dari pukul 8 pagi sampai 08.40 pagi kami memasak dengan penuh
semangat. Walaupun hanya 40 menit, kami sudah merasa lelah.
Dari
depan depan rumah, terdengar suara Dewi dan Azka memanggil kami. Mereka adalah
teman se-kelompok saya, tetapi tidak se-rumah. Saya berjalan menuju depan
rumah, dan menemui mereka. Dewi dan Azka memberitahu, bahwa nanti malam akan
diadakan kegiatan Api Unggun. Setiap kelompok wajib untuk membuat yel-yel.
Tentu saja saya sangat kaget. Biasanya, apabila ada kreasi yel-yel, sebelumnya
diberitahu. Dan kali ini, tiak ada pemberitahuan sama sekali. Kami kebingunan.
Akhirnya, kami berjanji untuk membuat yel-yel bersama di rumah Dewi dan Azka,
pada pukul 9 pagi nanti. Kemudian, Dewi dan Azka pulang ke rumah, sedangkan
saya memberitahu hal tadi kepada Hilda, Ceria, dan Annisa yang masih berada di
dapur.
Pukul
9 kami sudah sampai di rumah Dewi. Disana juga ada teman se-kelompok kami yang
lainnya. Mas Rohim juga datang, untuk membantu kami. Mas Rohim mengusulkan
supaya kami membuat yel-yel dari Bahasa Jawa, karena jarang sekali yel-yel yang
menggunakan Bahasa Jawa. Kami setuju akan usul tersebut, namun kami masih saja
bingung, yel-yel kami memakai irama dari lagu apa, dan bagaimana liriknya.
Sebelum
membuat yel-yel, kami memberi nama untuk kelompok kami, yaitu kelompok S’Dozo.
Maksud sebenarnya adalah sedoso, yang artinya sepuluh, yang diterjemahkan dalam
Bahasa Jawa. Tak lama kemudian, teman saya, Refra, mengusulkan irama dari lagu
Gundul-Gundul Pacul, lagu daerah Jawa Tengah. Wah, bagus juga usulnya! Sekarang
kami harus membuat lirik lagunya. Setelah berdiskusi selama dua jam, akhirnya
kami berhasil membuat sebuah yel-yel yang kocak. Bahkan, kami menggunakan botol
bekas minuman untuk mengiringi kami bernyanyi. Sepertinya, yel-yel kami seru
sekali.
Selesai
membuat yel-yel, tepat pukul 11 siang, saya dan teman se-rumah saya pulang ke
rumah. Bu Seno sudah menyediakan makan siang di meja makan, ternyata. Tapi,
kami minum air mineral dahulu sebelum makan. Karena, suara kami sedikit serak
setelah menyanyikan yel-yel kami sambil berteriak dan tertawa. Setelah makan, tentu
kami mencuci piring dan gelas sendiri.
Sambil
menunggu kegiatan Game, kami bermain di rumah teman kami, Ratna. Rupanya, rumah
Ratna sedang ramai. Ratna dan teman lainnya sedang mengobrol di ruang tamu.
Setelah mengucapkan salam, kami dipersilakan Ratna untuk masuk dan bergabung
mengobrol. Hahaha, obrolan ini benar-benar lucu dan seru! Dari pukul
12.00-12.30 siang, kami mengobrol dengan asyiknya. Saya dan teman-teman
se-rumah saya pulang ke rumah pada pukul 12.30. kami beristirahat sejenak di
kamar.
Pukul
1 siang adalah jatah bagi kelompk 10 dan 11 untuk melaksanakan kegiatan Game di
hutan pinus. Rupanya, kegiatan Game yang dimaksud adalah Outbond. Menegangkan
sekali! Pertama, saya harus menaiki tangga yang terbuat dari tali. Kedua, saya
menyeberangi jembatan gantung dari tali. Ketiga, jembatan tali harus kami
lewati lagi. Tapi untuk menyeberangi jembatan ini harus lebih berhati-hati daripada menyeberangi jembatan yang
sebelumya. Terakhir, saya harus menaiki flying
fox. Selesai Game, saya merasa sangat lega. Sebelumnya, jantung saya memang
berdetak kencang.
Saya pulang ke rumah
sekitar pukul 02.30 siang. Saya lekas mandi dan Solat Ashar di rumah.
tiba-tiba, Hilda mengajak saya, Ceria, dan Annisa untuk menyanyikan kembali
yel-yel yang tadi siang kami buat. Sebenarnya, kami belum benar-benar hafal
akan yel-yel kami. Lalu kami berkumpul di rumah Dewi untuk menyanyikan kembali
yel-yel kami. Sebelumnya, kami juga sudah mengajak teman sekelompok yang
lainnya. Kami menyanyikan yel-yel berulang-ulang, supaya benar-benar hafal.
Setelah merasa hafal, kami segera pulang ke rumah masing-masing. Jam juga sudah
menunjukkan pukul 05.30 sore.
Diperjalanan aku (jaket hitam), hilda (pake jepet), dan ceri (dibelakang ku) ketemu tita (ngerangkul hilda), dan novara (disebelahku)
Seperti
kemarin, saya dan teman se-rumah saya Solat Maghrib di masjid, tepat pukul 6
sore. Tapi kami tidak meneruskan Solat Isya di masjid. Kami berniat untuk
melaksanakannya di rumah. dalam perjalanan ke rumah, ada isu heboh yang membuat
kami kaget. Azka dikabarkan manghilang, menjelang maghrib tadi. Tapi sekarang
Azka sudah ditemukan di rumah. kami terheran-heran. Mengapa Azka bisa
menghilang? Bukankah tadi sore dia ikut berlatih yel-yel bersama kami? Isu
tersebut juga belum diketahui benar atau tidaknya. Dan mulai sejak itu, cerita
menyeramkan lainnya mulai menyebar. Kesan Desa Serang di malam hari menjadi
desa angker.
Sebenarnya,
kami ingin tidur malam pukul 8, tetapi pada saat itu akan diadakan kegiatan Api
Unggun. Namun, kegiatan tersebut belum berlangsung juga hingga pukul 08.30
malam. Mungkin karena sedang hujan. Akhirnya, kami segera tidur malam setelah
Solat Isya, yaitu pada pukul 08.30 malam.
Sabtu, 30 April 2011
Hari
ini merupakan hari terakhir kami menjalankan kegiatan Home Stay. Kami bangun
tidur pukul 5 pagi, kemudian Solat Shubuh, juga mandi. Satu jam kemudian, kami
mengikuti kegiatan Kerja Bakti. Kami membersihkan lingkungan Desa Serang yang
telah kotor. Mulai dari sekitar rumah penduduk, jalan, dan jembatan. Padahal
saya belum sarapan pada waktu itu. Udaranya juga masih sangat dingin. Walaupun
begitu, saya tetap bersemangat melakukan kegiatan ini.
Akhirnya,
sarapan pagi yang sejak tadi ku nanti, datang juga, tepat pukul 7 pagi. Saya
tidak kelaparan lagi. Setelah itu, saya mandi pagi. Sebenarnya kami berencana
untuk membantu pekerjaan Bu Seno. Namun, kami hanya bisa mencuci piring dan
gelas saja, sebab, kami lelah sekali setelah bekerja bakti selama satu jam.
Kami benar-benar menyesal pada waktu itu. Kemudian kakak pembina memberitahu
bahwa seluruh siswa peserta Home Stay wajib menghadiri upacara penutupan pada
pukul 9 pagi nanti. Bahkan sempat direncanakan, yel-yel setiap kelompok akan
dipentaskan pada saat perkumpulan nanti.
Sebelum
pukul 9, Mas Rohim datang ke rumah saya. Maksud dari kedatangannya adalah untuk
mengumpulkan kertas kegiatan Home Stay juga kesan dan pesan mengenai Desa
Serang. Sesudah itu, tepat pada pukul 9 pagi, kami berkumpul di lapangan.
Seluruh siswa juga sudah berkumpul disana. Inilah saatnya bagi warga Desa
Serang untuk melepas kami. Mereka bahkan tak segan-segan mengajak kami untuk
berkunjung kembali ke Desa Serang untuk mempererat hubungan silaturrahmi. Di
luar dugaan, ada seorang siswa yang pingsan di saat acara sedang berlangsung.
Dengan terpaksa, pementasan yel-yel dibatalkan kembali. Sekarang, tiba saatnya
untuk berjabat tangan dengan warga sekitar. Kami meminta maaf atas segala
kesalahan yang telah kami perbuat secara sengaja atau tidak. Dengan ikhlas, mereka memaafkan.
Kegiatan
Home Stay berakhir. Kami pulang ke SMP Negeri 1 Purbalingga dengan armada
masing-masing. Nomor armada saya sama seperti hari Kamis lalu, nomor 21.
Setelah semua siswa sudah lengkap di armada masing-masing, kami segera pulang.
Sampai di sana pukul 11 siang. Aneh sekali rasanya, berpindah dari tempat yang
dingin ke tempat yang lebih panas. Akibatnya tidak sedikit siswa yang
menggerutu akibat kegerahan. Pengalaman Home Stay kali ini, sungguh berkesan
dan tak akan saya lupakan!
Ini kelompok 10 bersama tuan-tuan Rumah mereka.. Ada 4 kan? Yak, karena kami 16 orang nginep di 4 rumah yang berbeda
PENUTUP
Desa
Serang benar-benar susah hilang dari benak saya. Masih teringat akan kebersihan
dan asri lingkungannya, sehingga terasa enak apabila dilihat. Hal tersebut
dapat membuat kita menjadi tahu akan pentingnya alam bagi kita. Tidak hanya
sekedar indah dipandang, tetapi alam yang asri dan bersih juga dapat mengurangi
pencemaran, mencegah beberapa bencana, dan masih banyak lagi. Sifat penduduknya
yang ramah, rendah hati, dan suka bekerja keras juga patut kita tiru pada
kehidupan sehari-hari. Kareba perilaku tersebut termasuk akhlak mulia.
Kesimpulannya, Desa Serang dapat menjadi panutan bagi kita, tentang kehidupan yang
sebenanya.
Walaupun
begitu, saya rasa Desa Serang juga memerlukan masukan. Sebaiknya, tingkat
pendidikan di Desa Serang sangat perlu ditingkatkan. Karena, pendidikan itu
sangatlah penting. Bahkan pendidikan itu lebih berharga daripada harta. Saya
berharap, anak-anak di Desa Serang meningkatkan semangat belajarnya, dan jangan
pernah untuk putus asa! Karena Allah pasti kan memberi yang terbaik bagi
makhluk-Nya yang mau berusaha.
Hanya
itu kesan dan pesan yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila terdapat
kata-kata yang kurang berkenan di hati, terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar